Perang Dagang Era Trump Kembali Memanas: Tiga Negara Dalam Target Pertama!

Co.id Hai semoga harimu menyenangkan. Di Jam Ini aku mau berbagi pengalaman seputar internasional yang bermanfaat. Artikel Yang Mengulas internasional Perang Dagang Era Trump Kembali Memanas Tiga Negara Dalam Target Pertama Tetap fokus dan ikuti pembahasan sampe selesai.

Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, mengungkapkan rencananya untuk mengakhiri status perdagangan negara yang paling disukai bagi China saat ia menjabat pada Januari 2025. Kebijakan ini bertujuan memberikan tekanan lebih besar pada Beijing terkait isu penyelundupan fentanil, yang dilaporkan telah merenggut nyawa hampir 75.000 orang Amerika di tahun sebelumnya.

Trump menegaskan bahwa ia akan menandatangani perintah eksekutif yang menetapkan tarif sebesar 25% untuk semua barang dari Meksiko dan Kanada. Ia juga berencana untuk menerapkan tarif tambahan 10% pada barang-barang dari China hingga negara tersebut menghentikan penyelundupan opioid sintetis. Dalam sebuah posting di platform media sosialnya, Trump mengkritik China yang dinilai tidak memenuhi janjinya untuk memberikan hukuman berat kepada para pelaku penyebaran fentanil.

Menurut Trump, tarif merupakan komponen penting dari strategi ekonominya, yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat serta melindungi lapangan pekerjaan lokal. Ia percaya bahwa langkah ini akan meningkatkan pendapatan pajak dan memberikan keuntungan bagi negeri tersebut. Jika rencana ini dilanjutkan, maka akan ada peningkatan ketegangan yang signifikan dengan tiga negara mitra dagang utama Amerika.

Dalam pandangannya, baik Meksiko maupun Kanada memiliki kemampuan untuk segera mengatasi masalah penyelundupan narkoba dan imigrasi ilegal yang selama ini menjadi perhatian. Trump juga menekankan bahwa tarif yang dikenakan bukanlah beban pada perekonomian dalam negeri, melainkan pada negara lain yang melakukan praktik perdagangan yang merugikan.

Berdasarkan analisis banyak ekonom, klaim bahwa pajak tersebut tidak akan membebani konsumen justru dinilai menyesatkan. Perdebatan mengenai dampak tarif ini diharapkan akan terus berlanjut menjelang masa jabatan barunya sebagai presiden.