Rahasia Terungkap: Kenapa Warga RI Beralih ke Rokok Murah dan Ilegal!

Co.id Semoga kalian semua dalam keadaan baik ya. Dalam Konten Ini aku ingin membagikan informasi penting tentang internasional. Review Artikel Mengenai internasional Rahasia Terungkap Kenapa Warga RI Beralih ke Rokok Murah dan Ilegal Pastikan Anda mengikuti pembahasan sampai akhir.

Analisis terbaru menunjukkan bahwa perkembangan industri tembakau mengalami perubahan signifikan, terutama di sektor produksi. Penurunan paling tajam terlihat pada golongan I, yang secara langsung berdampak pada berkurangnya penerimaan Cukai Hasil Tembakau (CHT). Hal ini diungkapkan oleh Candra dalam pernyataannya yang dirilis pada Selasa, 5 November 2024.

Sebuah kajian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kebijakan Ekonomi (PPKE) dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB) menyatakan bahwa kenaikan tarif cukai rokok yang sangat drastis menjadi salah satu faktor pendorong meningkatnya peredaran rokok ilegal di tanah air. Golongan I, yang cenderung lebih peka terhadap perubahan harga, seringkali beralih ke rokok dari golongan II dan III yang harganya lebih murah, tanpa mengurangi total konsumsi rokok secara keseluruhan.

Candra Fajri Ananda mengemukakan bahwa terdapat hubungan penting antara harga dan permintaan rokok di pasar. Pada tahun 2022, pihak Bea Cukai berhasil mengamankan sekitar 12,43 juta batang rokok ilegal, yang diperkirakan dapat menyebabkan kerugian bagi negara hingga Rp9,42 miliar. Menurut laporan PPKE UB tahun 2023, sekitar 40 persen konsumen rokok di Indonesia mengaku pernah membeli rokok tanpa pita cukai. Temuan ini menunjukkan bahwa kebijakan tarif cukai yang ada tulisannya telah memperburuk situasi yang ada.

Perilaku konsumen yang beralih ke rokok ilegal atau produk dengan harga lebih rendah, yang dikenal sebagai downtrading, semakin memperlihatkan dampaknya. Proses ini tidak hanya mengurangi volume produksi rokok yang legal, tetapi juga berpotensi merugikan pendapatan negara dari CHT. Fenomena downtrading ini sangat jelas terlihat dari penurunan produksi rokok golongan I yang dikenakan tarif cukai lebih tinggi, sementara produksi rokok golongan II dan III, yang lebih terjangkau, justru meningkat dengan persentase masing-masing sebesar 11,6% dan 28,2%.